Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Maka Sejarah berkata tentang "Sipakatau,Sipakalebbi,kita bersaudara"

""Selayang pandang dari suatu negeri bernama Makassar,,, Hubungan antara Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Bima A. Penaklukan Kerajaan Bima terhadap Kerajaan Gowa Kerajaan Bima dikuasai kerajaan Gowa sejak tahun 1617.Pada tahun 625 Sultan Alauddin dengan ekspedisi singgah di Bima yang memberontak,untuk menaklukkan Sumbawa, Dompu, dan Kentalu atau Tambora.Atas perimbangan situasi yang makin memanas di kawasan selat Makassar,status kerajaan Bima sebagai daerah pengawasan Kerajaan Gowa berubah menjadi dua kerajaan yang sederajat dan membentuk suatu persekutuan untuk menghadapi Kompeni.Perubahan semakin lancar melalui diplomasi perkawinan yakni Sultan Abdul Khair Sirajuddin kawin dengan adik Sultan Hasanuddin. Ketika tahun 1646 terjadi perselisihan antara Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Bone tentang masalah perbudakan tidak dapat dielesaikan melalui jalan damai sehingga memicu terjadinya perang Bone.Raja Bone La Maddaremmeng sangat keras menjalankan syariat islam,terutama masala

Teori-teori kebudayaan

Teori-teori kebudayaan di Indonesia 1. Teori-teori kebudayaan di Indonesia Teori evolusi kebudayaan, terutama teori evolusi keluarga dari JJ. Bechofen, juga diterapkan terhadap aneka warna kebudayaan Indonesia oleh ahli Antropologi Belanda G.A Wilken (1847- 1891). Karangan-karangannya yang pertama sudah terbit sewaktu ia menjabat sebagai pegawai pangreh praja, yaitu mengenai sewa tanah dan mengenai adat pemberian nama di Minahasa (Wiklken 1873-1875), karangan etnoigrafi singkat dari pulau Baru(1875-a), tepi juga karangan-karangan teori tentang evolusi perkawinan dan keluarga berjudul Over de primitive Vormen van het huwelijk en de Oosprong van het Gezin (1880-1881), dalam karangannya yang terakhir ia menerangkan tingkat-tingkat evolusi bechofen mengenai promiskuitas, matriathhat, patriarkhat, dan keluarga parental yang terurai di atas, dengan banyak bahan contoh yang di ambil terutama dari Indonesia. Karangannya sesudah itu pada umumnya bersifat teori dan berpusat pada bahan-bahan etno

Jejak Kesultanan Buton

KESULTANAN BUTON Kesultanan Buton diperkirakan berdiri sekitar awal abad ke-15 yang didirikan oleh empat orang pendatang dari Johor. Mereka adalah Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo dan Sijawangkati. Keempatnya oleh masyarakat Buton dikenal dengan sebutan “mia patamiana”. Dari keturunan merekalah asalnya pemuka adat yang disebut siolimbona atau sembilan menteri yang merupakan dewan legislatif, baik itu ketika sistem pemerintahan Buton masih berbentuk kerajaan maupun ketika sudah berubah menjadi kesultanan. Selanjutnya, dewan siolimbona itu yang kemudian memegang peranan penting dalam hal mencalonkan, memilih, mengangkat ataupun memecat raja/sultan. Menurut tradisi lisan yang berkembang dalam masyarakat, dikisahkan bahwa raja pertama Buton adalah seorang perempuan bernama Wa Kaa Kaa yang konon muncul dari rumpun bambu yang dalam bahasa setempat dikenal dengan nama Mo Betena yi Tombula. Hal serupa juga ditemukan dalam tradisi lisan kerajaan-kerajaan lainnya di Sulawesi Tenggara seperti di

Kebangkitan Makassar

Kebangkitan Makassar dan Keluarga Agung Indonesia Abad ke -17 Kebangkitan Makassar menjadi daerah dominasi Politik dan ekonomi di Indonesia bagian timur tidak lepas dari pembuktian sejarah sebuah kerajaan penting di masa Tumaparissi Kallona (1511-1548) sampai masa puncak kejayaannya pada paruh pertama abad ke-17.Salah Satu Unsur pokok dari semua versi kerajaan di Sulawesi Selatan khususnya Gowa adalah bidadari Tomanurungnge dari langit di sebuah perbukitan kecil dari arah utara Sungai Jeneberang yang dikenal sebagai Tamalate atau Kale Gowa, yang menjadi pusat keramat daerah Gowa. Tomanurunge diterima sebagai pemguasa oleh kepala-kepala Sembilan komunitas lokal, kasuiang salapanga (Sembilan Pelayan) dan oleh juru bicara mereka yang bergelar Patcallla. Tomanurungge sendiri mewariskan setengah rantai emas yang dibawanya dari langit, dikenal sebagai Tunusamanga, benda pusaka lainnya adalah sebilah pedang pendek Sudanga warisan Lakipadada, adik lelaki Karaeng Bayo yang datang ke Gowa ber