Langsung ke konten utama

Kebangkitan Makassar

Kebangkitan Makassar dan Keluarga Agung Indonesia Abad ke -17
Kebangkitan Makassar menjadi daerah dominasi Politik dan ekonomi di Indonesia bagian timur tidak lepas dari pembuktian sejarah sebuah kerajaan penting di masa Tumaparissi Kallona (1511-1548) sampai masa puncak kejayaannya pada paruh pertama abad ke-17.Salah Satu Unsur pokok dari semua versi kerajaan di Sulawesi Selatan khususnya Gowa adalah bidadari Tomanurungnge dari langit di sebuah perbukitan kecil dari arah utara Sungai Jeneberang yang dikenal sebagai Tamalate atau Kale Gowa, yang menjadi pusat keramat daerah Gowa. Tomanurunge diterima sebagai pemguasa oleh kepala-kepala Sembilan komunitas lokal, kasuiang salapanga (Sembilan Pelayan) dan oleh juru bicara mereka yang bergelar Patcallla. Tomanurungge sendiri mewariskan setengah rantai emas yang dibawanya dari langit, dikenal sebagai Tunusamanga, benda pusaka lainnya adalah sebilah pedang pendek Sudanga warisan Lakipadada, adik lelaki Karaeng Bayo yang datang ke Gowa bersama Karaeng Bayo dan akhirnya menghilang lagi bersamanya . Kedua benda tersebut adalah pusaka kebersamaan (Kallompoang atau gaukang).
Kerajaan Gowa merupakan kerajaan tua, dikeramatkan dan memiliki kedaulatan yang terkandung di dalamnya.. Kota Makassar tumbuh pesat sekitar tahun 1600 dan terpusat pada barisan pantai yang hampir sama dengan wilayah kota Makassar sebelum 1971, Daerah ini terletak di dataran tinggi, bebas banjir, agak rata, berpasir dan gampang digali untuk membuat sumur air. Secara geologis munculnya daerah tepian pantai belum begitu lama, setidaknya sejak penghujung akhir pasang-naik permukaan air laut global sekitar 5000 tahun silam.
Salah satu aset utama Makassar, baik pada masa gemilang maupun di masa kolonial adalah kedekatan kota ini dengan daerah subur penghasil beras khususnya Maros dan Takalar yang menurut bukti baru digarap sekitar abad ke-16 semasa Tumaparissi Kallonna dan beberapa penguasa kemudian. Gaukang atau benda pusaka kerejaan Gowa serta kerajaan-kerajaan kecil di bagian selatan daerah (Takalar)berupa senjata- senjata berkekuatan magis dan sangat sedikit mata bajak atau mudah ditemukan di antara kumpulan pusaka kerajaan- kerajaan Bugis jauh di utara.
Beberapa petunjuk migrasi memperlihatkan bahwa sebahagian besar daerah Makassar sebelum abad ke-16 berupa rawa-rawa yang belum tergarap secara intensif serta kedudukan Negara-negara kecil abad ke-16 tidak member kontribusi penting baik aspek ekonomi maupun poltik.
Penduduk Makassar dan penduduk Bugis di Sulawesi Selatan mengalami tumpang-tindih akibat bercampur-baurnya kedua etnis tersebut. Di daerah barat (Pangkajene dan Maros) dan tenggara ( Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai ). Hal ini terjadi setelah terjadi peperangan antara Gowa terhadap Bugis pada abad ke-16 dan ke 17 yang dipimpin oleh Arung Palakka dan penguasa- penguasa Bone berikutnya.Yang paling mencolok yakni ketidaktahuan orang-orang Makassar terhadap Epos La Galigo yang sangat penting bagi kerajaan Bugis.
Rendahnya interaksi antara Bugis dengan Makassar disebabkan oleh faktor geografis. Bahwa sebagian daerah inti Bugis ( Bone, Soppeng, Sidenreng/ Rappang-Pinrang ) masih berada di bawah permukaan laut pada zaman I La Galigo,sementarasaat itu Luwu dan Cina ( Wajo ) merupakan pusat kerajaan Bugis pada periode itu (abad ke-14 ). Sementara itu penemuan porselin-porselin tidak cukup membuktikan pedagang-pedagang Cina pernah berkunjung ke Sulawesi Selatan sebelum abad ke -17.
Di samping peninggalan fisik ada petunjuk tentang kontak-kontak komersial Jawa sepanjang pantai selatan Sulawesi. Pertama Negarakertagama abad ke-14 mencamtumkan nama tiga tempat Bantayang ( Bantaeng ). Luwu dan Uda, sebagai bagian dari satu pulau dengan Bantaeng menduduki tempat yang paling utama.Di samping itu terdapat pula sjumlah pulau yang terpisah diantaranya Selayar, Buton, Banggai, dan Makassar.
Di Selayar terdapat puing-puing kapal kayu yang terawatt dan sangat dihormati , dengan ukiran naga bersayap dan kata-kata yang masih jelas “ Sultan Abdul Malik Tuban”.Tuban adalah pelabuhan Muslim terakhir di utara Jawa yang tetap loyal pada raja-raja Hindu daerah pedalaman Jawa , sehingga masuk akal jika menggapa puing-puing itu berasal di abad ke-16, temasuk tradisi pembuatan perahu di Bira dn mitos tentang tujuh bidadari dari Jawa yang pindah di Bantaeng yang dianggap mendirikan tujuh kabupaten di daerah tersebut menjadi bukti jelas bahwa sebelum kebangkitan Makassar pada abad ke-16 telah ada kontak perniagaan Jawa pada beberapa titik di sepanjang pantai selatan Sulawesi.
Proses perpindahan orang Bajau ke daratan dan terserap ke dalam penduduk Muslim yang dominan .tetap memegang ciri khasnya yaitu menghabiskan sebagaian besar hidupnya di atas kapal perahu kecil, ktergantungan total terhadap laut sebagai sumber mata pencaharian dan tetap mengenut suatu kepercayaan animis. Ciri-ciri ini membuat orang Bajau memiliki status rendah dalam masyarakat daratan namun tetap dibutuhkan untuk dominasi kerajaan-kerajaan.
Lokasi-lokasi yang isenagi orang Bajau yakni berupa gugusab pulau-pulau kecil yang menyediakan air tawar tetapi tidak terlalu menrik perhatian orang-orang darat.. Orang Bajau tercatat sebagai pengarung lautan yang pertama kali memperkenalkan daerah Makassar di wilayah Melayu. Bukti ini menunjukkan bahwa istilah Makassar muncul pertama kali dalam kesadaran orang di berbagai tempat sebagai pulau pangkalan para pelaut Bajau.
Sulit dipastikan mitos Lakipadada dipinjam oleh Toraja dari Gowa, baik pada periode abad ke- 17 ketika Makassar telah memiliki pengaruh pada periode yang lebih belakang. Daerah sekitar Danau Matano di Luwu adalah sumber utama bahan baku besi di Indonesia bagian timur dan Toraja dengan rakyat Seko dan Rongkong di daerah timurdiakui sebagai oarng pertama di Sulawesi Selatan yang pawai menimpa besi dan membuat senjata. Pusat pande besi Bugis terbesar di Masege ( Sidenreng ) mempertalikan keterampilan pada orang Toraja dari Sangalla bernama Panre Baka. Karena Laki Padada disebut dalam mitos Legenda Toraja, maka dianggap personifikasi dari penyebarab kemampuan membuat pedang dan tombak dari Toraja sampai Gowa.
Orang-orang Toraja dan Makassar memiliki aspek kesamaan sebagai suatu budaya di Sulawesi Selatan dan dalam beberapa hal budaya Bugis mengalami sedikit penyimpananan akibat pengaruh India yang masuk di Luwu, kontak antara keduanya (Toraja dan Makassar) terjadi sebelum orang Bugis melekukan ekspansi ke arah selatan.
Salah satu faktor yang turut membantu Gowa dalamn persaingan menarik patronase saudagar-saudagar Melayu adalah peran Portugis dalam mengkristenkan penguasa Siang yang mendorong para pedagang Muslim mencari sekutu di tempat lain.Faktor lain adalah penguasa Tallo mendirikan Bandar pelabuhan di Muara sungai sebelah selatan yang juga merupakan kerajaan Maritim.
Ketika orang-orang Portugis mengunjungi Siang pada tahun 1540-an, dijumpai pedagang-pedagang besar asal Ujung Tanah ( Johor), Pahang dan Patani yang telah berdagang di daerah ini sejak lima puluh tahun sebelumnya.Saudagr-saudagar Muslim –Melayu semula berpangkalan di Malaka sebelum ditaklukkan Portugis tahun 1511. Sehingga mereka ikut menyusuri rute yang dirintis sebelumnya oleh-oaramng-oarang Bajau menuju Sulawesi Selatan, mereka datang bukan untuk mencari rempah-rempah akan tetapi mereka ingin mengumpulkan produk ekspor lokal Sulawesi Selatan yakni Cendana, hasil laut, beras dan budak.
Pola perdagangan Asia Tenggara mengalami perobahan besar sekitar thun 1600, karena Makassar bias menarikkeuntungan dari perubahan tersebut. Orang Portugis kehilangan pangkalan di Jawa ketika Blambangan jatuh ke tangan Muslim yang berakibat hilangnya sumber beras utama untuk perdagangan Melaka dan Maluku dan Makassar tampil menjadi tempat paling aman bagi Portugis untuk membeli pala, cengkeh yang amat dibutuhkannya. Pemusuhan sengit antara Portugis dan Belanda minimbulkan masalah bagi semua Bandar pelabuhan di Asia tenggara. Namun Matoaya menjalankan kebijakan konsisten dengan membuka pintu Makassar bagi semua pedagang, dan melarang adanya monopoli. Sehingga jelaslah bahwa prinsip yang mereka gunakan adalah prinsip mare liberum atau kebijakan laut terbuka atau bebas.
Tokoh-Tokoh berpengaruh di abad ke 17
1. Karaeng Matoayya
Dia merupakan peletak dasar-dasar kejayaan Makasar abad ke-17,serat menuntun kerajaan Gowa- Tallo menghadapi islamisasi dan kedatangan orang Inggris dan Belanda.Dia tidak berusaha mengejar keagungan pribadi melainkan membangun konvensi-konvensi yang mengikat sehingga pengaruhnya bertahan lama. Dia adalah arsitek utama monarki kembar Gowa- Tallo serta penggagas kebijakan yang menghormati otonomi Negara-negara Bugis, hal ini nampak dengan kerjasama antara Maros dan Bantaeng sebagai penghasil Beras dan Wajo sebagai masyarakat niaga
2. Karaeng Patinggaloang
Dia adalah sosok yang cerdas, sangat lancar berbahasa Eropa sehingga ia tampil sebagi pemimpin yang tidak ada bandingannya pada zamannya. Ia banyak mengikuti inovasi-inovasi teknik Eropa, dan dialah orang Asia pertama yang mengerti pentingnya matematika bagi ilmu-ilmu terapan. Kebiasaan Patinggaloang untuk berpikir rasional membawa pengaruh pada budaya Makassar khususnya penulisan lontarak dalam beberapa bahasa, baik Spanyol,Portugis, Turki maupun Melayu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Adat di Sulawesi Selatan

Warisan hukum yang tertua di Indonesia adalah hukum adat , maka di Sulawesi Selatan inipun dikenal satu sistem adat yang disebut sistem pangngaderreng atau pangngadakkang . Sistem ini mengatur mereka hampir di seluruh aspek kehidupan. Mulai dari  adat-istiadat, politik, agama, sosial dan hukum. Sistem pangngaderreng ( pangngadakkang ) ini mengakar dalam hati tiap orang karena terlahir dari proses budaya yang panjang. Olehnya dalam penerapannya masyarakat menjalankannya karena kesadaran yang hadir dalam diri mereka, bukan karena suatu kewajiban atau paksaan. Orang Bugis-Makassar menaati aturan-aturan ini dan yang melanggarnya akan mendapat hukuman. Hukuman yang diberikanpun berbagai macam, ada yang mendapatkan semacam hukuman fisik dan moral sesuai dengan tingkat pelanggaran mereka terhadap pangngaderreng. Ketaatan mereka terhadap panggaderreng dilandaskan pada siri na passé yang mereka pegang kokoh. Siri ini merupakan suatu perasaan malu yang sangat besar, yang mendorong ses

advokasi

1. Pengertian Advokasi Inggris: Advocacy = giving of public support to an idea, course of action or a belief. Definisi lama: bantuan hukum di persidangan Defenisi advokasi saat ini adalah : a. bantuan hukum b. penyuluhan hukum c. pemberdayaan hukum d. pendampingan masyarakat terhadap kebijakan public yang merugikan masyarakat Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada untuk membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan. Advokasi dapat berupa upaya hukum formal (litigasi) maupun di luar jalur hukum formal (nonlitigasi). Menurut Mansour Faqih, Alm., dkk, advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental). Julie Stirling mendefinisikan advokasi sebagai serangkaian tindakan yang berproses atau kampanye yang terencana/terarah untuk mempengaruhi orang lain yang hasil akhirnya adalah untuk

Hukum Laut Amannagappa

Di dalam hukum laut dan pelayaran Amannna Gappa memuat dua puluh satu pasal, merupakan penyempurnaan dari Muhammad Ibnu Badwi yang ditulis ketika berada di Gresik. Adapun isi dari tiap-tiap pasal tersebut yaitu : Pasal Pertama Menjelaskan tentang sewa bagi orang-orang yang berlayar dan berdagang, antara lain seseorang yang berlayar atau berdagang dari Makassar Bugis, Paser, Sumbawa, Kaili Menyu Ace, Kedah, Kamboja, maka sewanya tujuh rial dari tiap-tiap seratusnya. Maka uang yang digunakan saat itu adalah rial merupakan mata uang yang juga dibawa oleh para pedagang. Barang-barang saat itu dari tiap jenisnya itu selalu dianggap 100 %, hal ini berarti bahwa orang-orang dahulu telah menerapkan sistem persenan dalam tiap kegiatan dagang. Selanjutnya, jika para pedagang naik perahu dari Aceh, Kedah, Kamboja menuju Malaka, ke Johor Tarapuo, Jakarta, Palembang, Aru, maka sewa dikenakan enam rial dari tiap seratus persen barang. Sementara itu jika orang naik perahu ke s