Chapter Review K.N Chaudhuri, Trade and Civilisation in The Indian Ocean : An Economic History from The Rise of Islam to 1750, (Cambridge : Cambridge University Press, 1989)
Bab 1 ini dari karya K.N. Chauduri ini, penelitiannya ini
memfokuskan pada kebudayaan dan peran perdagangan ekonomi dalam jangka waktu
yang panjang ketika teknologi belum berhasil sepenuhnya mengubah struktur sosial dan keadaan di Asia dan Eropa. Ia membahas beberapa hal kronologis mendasar
di Samudera Hindia selama satu milenium tahun, kesatuan dan keragaman Samudera
Hindia, hubungan antara waktu yang acak, peristiwa dengan stasioner waktu dan
terutama peran perdagangan jarak jauh dalam proses integrasi ekonomi, budaya
dan sosial. Secara garis besar setidaknya ada sebelas poin penting yang
diuraikan olehnya dalam bab 1 ini. Antara lain uraian singkat tentang keadaan
atau situasi pada periode tersebut; jalur-jalur perdagangan; negara, hukum dan
lainnya; kekuatan laut; model jalur perdagangan jarak jauh; fungsi dan dampak
dari perdagangan sebelum memasuki abad modern; peran budaya dalam perdagangan,
kesatuan dan perbedaan yang ada di laut Hindia, identitas budaya; kelaparan,
perang dan malapetaka. Semuanya diramu menjadi satu kesatuan kajian yang
sifatya rumit dan kompleks.
Kajian ini dimulai dari awal berkembangnya
Islam di pertengahan abad ke 7 masehi hingga memasuki era modern . Kehadiran Islam saat itu sebagai sebuah agama telah membuka jalan kehidupan yang baru. Agama yang disiarkan melalui cara dagang, memperluas
wilayah ekspansi perdagangan. Misi menyiarkan agama memperpanjang perjalanan
para penyiar melalui perdagangan. Terbukanya jalur dan jaringan perdagangan
laut India, dengan sendirinya kemudian memberikan keuntungan tersendiri bagi
para pedagang Cina dan pelaut Arab. Setelah memasuki era kolonialisme,pada periode
ini diperkenalkan bentuk pertahanan militer yang dimotori oleh Portugis. Aspek militer untuk perdagangan
diperkenalkan dalam menaklukkan daerah-daerah tertentu untuk merebutkan
dominasi ekonomi di tangan mereka yang kemudian diteruskan ke entitas komersial
para pedagang di wilayah selanjutnya. Dalam semua peradaban Asia saat itu, dengan melonjaknya pedagang
dari seluruh dunia, bankir menjadi suatu hal yang penting dalam kegiatan
ekonomi ini. Dimana mereka menjadi perantara dalam mengkonversi kelebihan
pertanian menjadi pendapatan negara.
Menurutnya, pembentukan Cina Tang dan
kebangkitan Islam di wilayah Arab serta menyusulnya ekspansi menandai babak
baru dalam sejarah Samudera Hindia. Baik China dan dunia Islam saat itu menjadi
dua pusat ekonomi besar dan memainkan peran utama dalam membentuk sistem
ekonomi Eurasia (melalui jalur perdagangan darat) dan Samudera Hindia (melalui
rute perdagangan maritim). Seiring berjalannya baik rute darat atau laut, ada dua
rantai emporia (kota-kota pesisir dan kota-kota kafilah), dan kota-kota besar
yang disajikan tidak hanya pusat ekonomi, tetapi juga pusat budaya dan politik.
Pada perkembangannya kemudian aktifitas ini berdampak pada
munculnya para intelektual dan ekspansionis
(penjelajah) baru, yang dengan
sendirinya turut ikut serta dalam menggerakkan aktifitas
pelayaran di sekitar samudera Hindia yang pada juga memberikan sumbangsih pada
perkembangan kebudayaan di wilayah tersebut.
Para pedagang (merchants)
memiliki peran sosial yang cukup besar. Mereka harus melakukan perjalanan, dengan
mengedarkan barang-barang dagangan ke seluruh dunia
melalui komunitas komersial yang terbangun dari organisasi perdagangan. Kegiatan perdagangan jarak jauh, dalam
lingkup yang besar, membentuk jaringan yang rumit dengan melibatkan banyak pihak di dalamnya. Kelompok-kelompok yang terlibat biasanya
berkumpul berdasarkan kesamaan ras, etnis atau agama, sehingga konflik-konflik
sosial yang terjadi seringkali membawa ikon agama atau suku bangsa tertentu.
Pedagang
disini memiliki defenisi umum wajib untuk melakukan perjalanan. Organisasi
perdagangan yang mencerminkan skala jarak tersebut bisa memberikan kita
gambaran bagaimana saat itu dunia memiliki mental masyarakat komersial.
Setidaknya ada dua model perdagangan jarak jauh yang diperoleh, pertama para
pedagang besar akan benar-benar mengikuti barang mereka hingga sampai ke pasar-pasar
luar negeri dan yang kedua yakni para pedagang ini akan menggunakan mitra
mereka di luar untuk memenuhi fungsi mereka, baik dengan menitipkan barang
kepada agen maupun kargo yang mereka putuskan sendiri sesuai dengan keadaan
permintaan pasar dan hukum yang ada.
Dimensi
geografis perdagangan jarak jauh jelas terlihat daam korespondensi atau
hubungan para pedagangan Kairo Genizah. Sebagai sesama anggota masyarakat di
kota-kota yang terpisah jauh, Tunisia, Alexandria dn Fustat di Mesir serta Aden
di pintu masuk ke Laut Merah memfasilitasi penjualan barang teman-teman mereka
disana atas nama pemilik yang jauh. Kepercayaan antara pedagang dan keterikatan
pada bank menjadi salah satu poin pentingnya. Ketika port perdagangan kehilangan
reputasi ini akan menjadi salah satu
langkah buruk mereka karena akan kehilangan kepercayaan bank dalam artian
mereka akan dihapus.
Berkembangnya
aktivitas pelayaran, tumbuhnya aktifitas ekonomi melalui jalur laut ini tidak
luput dengan munculnya pula bajak laut. Tidak ada alasan yang pasti dan tepat mengapa
pembajakan menjadi kegiatan komunal di setiap periode sejarah. Bahkan dari periode politik kerajaan pun ini
telah menjadi sesuatu yang membanggakan sendiri dam arti kedaulatan dan
kekuasaan penegakan hukum tidak lagi memungkinkan pedagang asing aman dari
tangan bajak laut.
Selain itu gangguan-gangguan dari laut, kepentingan dari berbagai kerajaan juga tidak dapat dihindari dari munculnya berbagai konflik yang ada. Berbagai kerajaan dari Tunisia, Mesir, China
dan lain-lain ikut berperan serta dalam meramaikan jalur perdanganan di
Samudera Hindia. Beberapa dari mereka seringkali terdesak dan terusir dari rute
pelayaran yang ada, karena adanya monopoli terhadap jalur perdagangan maupun
bandar niaga. Meski seringkali diklaim bahwa laut
Hindia ini didominasi oleh
beberapa negara seperti Spanyol dan Portugis, namun
sesungguhnya Samudera Hindia secara keseluruhan tidak
dapat diklaim
begitu saja oleh mereka. Samudera Hindia memiliki orientasi dan struktur yang kompleks
dimana hampir seluruh negara ikut turut mengambil bagian dalam meramaikan
kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Naik turunnya port perdagangan di
beberapa kota yang terletak di sekitar Laut Hindia ini tidak sama sekali
independen diakibatkan oleh faktor politik. Ini bisa dilihat bagaimana
kekuasaan maupuan pada situasi yang menguntungkan oleh para penguasa tidak bisa
membela maupun melindungi para pedagang mereka terhadap resiko serangan di
laut.
Perdagangan di Samudera Hindia dapat dikatakan sebagai sisi lain dari
perkembangan perdagangan di Laut Mediterania. Laut Mediterania yang banyak
terpusat di Venesia, lebih didominasi oleh para pedagang dan komunitas
perdagangan Kristen yang sifatnya mungkin lebih homogen, sedangkan di Samudera Hindia, pedagang muslim lebih
banyak memegang peran dan tersebar di berbagai wilayah perdagangan, meski
kemudian mulai tercampur di awal abad 16 M oleh para
pedagang Cina dan Eropa.
Aktifitas pelayaran di laut serta pergerakan manusia antar samudera erat hubungannya dengan kegiatan perdagangan
dan kehadiran pedagang sebagai agen perantara. Mereka berlayar dari satu pulau
ke pulau yang lain dengan membawa komoditi khas
masing-masing (kopi, beras,kain, keramik, rempah-rempah) dari satu daerah untuk di jual di daerah lainnya. Perjalanan mereka
tidak hanya mengantarkan barang dagangan,interaksi yang terjadi antara para pedagang
ini tidak jarang menimbulkan persinggungan-persinggungan kebudayaan yang kemudian meninggalkan
pengaruhnya atau bahkan membentuk suatu sistem kebudayaan baru. Ada dua hal
penting dalam membedakan model perdagangan pra modern dan setelahnya. Pada saat
itu setidaknya ada dua fungsi pemenuhan yang esensial yang hanya bisa dicapai
jika pedagang kooperatif. Pertama menciptakan pasar ekonomi atau kedua
memusatkan sitem perpajakan. Negara pra modern tidak memiliki mekanisme kontrol
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Barang langkah dan komuditas
mewah bisa dimiliki hanya dengan melalui perdagangaan. Berbeda setelahnya, dimana setia komuditas
yang langka selalu diusahakan untuk dimonopoli oleh satu pihak. Hal inilah yang
menyebabkan masa ini dikenal dengan era kolonialisme.
Munculnya kota-kota pelabuhan seperti di
Semenanjung Arab sebagai Aden dan Muscat dengan mengorbankan pusat potensial
lainnya (Laut Merah)karena pedagang bisa berdagang di Aden melalui itu,
mengakses pasar Jeddah tanpa harus berlayar ke Laut Merah yang dianggap
pelanggaran teritori berbahaya karena banyaknya karang yang membuat akses ke
port sangat sulit dan memakan waktu. Angin muson juga turut berpengaruh pada
munculnya berbagai entrepot pelabuhan,turut menumbuhkan aktifitas-aktifitas di
kota pesisir. Sebab para pedagang yang saat itu bergantung pada angin, ketika
bersandar di pelabuhan menunggu datangnya angin muson dari barat mereka berdiam
dan melakukan aktifitas ekonomi di dalamya. Pada proses inilah seringkali tidak
hanya tukar menukar barang yang terjadi tetapi ada juga pertukaran budaya di
dalamnya, semisal melakukan pernikahan dengan penduduk setempat.
Kegiatan perdagangan dan masyarakat pedagang
seperti di atas tadi pada sepanjang rute kafilah dan rute jarak jauh (maritim) pada
akhirnya memainkan peran penting dalam proses integrasi ekonomi, sosial dan
budaya di Samudera Hindia selama jangka waktu yang panjang (dari abad ketujuh
hingga abad kedelapan belas). Dalam rangka jaringan komersial antar benua, Chauduri
memunculkan kemakmuran, kematian dan koneksi dari pusat-pusat kota besar di
Eurasia dan Samudra Hindia. Masyarakat pedagang, para pedagang Muslim
khususnya, yang melintasi perbatasan budaya dan geografis memainkan peran yang
dominan dalam mengoperasikan jaringan perdagangan, serta menghubungkan berbagai
peradaban dan masyarakat di Asia. Sangat jelas terlihat bagaimana konvensi
perdagangan jarak jauh di Asia ini tumbuh makmur sebelum ekspansi Eropa jelas
terlihat. Jauh melintasi lautan, perdagangan telah melibatkan perjalanan
panjang, tidak hanya sebagai bajak laut, maupun penguasa yang tiran. Tapi yang
paling tidak terduga bahwa laut itu sendiri telah menjadi bagian penting dalam
proses ini. Bahwa gerakan prasejarah dan migrasi orang telah berlangsung dengan
sempurna baik melalui laut maupun daratan. (Andi Malebbi)
Komentar
Posting Komentar